Kamis, 27 November 2008

Imam Malik

Imam Malik adalah ahli hadits yang besar, yang mewariskan jejak yang tidak terhapus dari khasanah pengetahuan Arab. Karyanya yang gemilang adalah Muwatta yang mendapat tempat yang terhormat di antara himpunan hadits yang langka. Sebagai guru yang dinilai luar biasa, dan pendiri Madzhab fiqh Maliki, ia menempati kedudukan yang khas dalam sejarah Islam, dan mempengaruhi generasi Islam waktu itu, sampai kepada generasi-generasi berikutnya terutama di Afrika dan Spanyol. Dengan kemauannya yang keras, berjiwa gagah berani, pantang mundur, dan tidak mengenal takut walaupun terhadap penguasa tertinggi, Imam Malik termasuk kelompok Islam awal yang hidupnya selalu laksana mercusuar bagi mereka yang berjuang mewujudkan kebajikan yang lebih mulia dan lebih tinggi di dunia.
Malik ibn Anas datang dari keluarga Arab yang terhormat, bersetatus sosial tinggi, baik sebelum maupun sesudah kedatangan Islam. Tanah asal leluhurnya adalah Yaman, tetapi setelah nenek moyangnya menganut agama Islam, mereka pindah ke Madinah. Kakeknya, Abu Amir adalah anggota keluarg pertama mereka yang memeluk agama Islam pada tahun 2 H. para ahli tarikh berbeda pendapat mengenai kelahiran Imam tersebut. Ibn khalikan menyebut 95 H, tetapi yang umum diterima adalah 93 H, dan 13 tahun lebih muda dari rekannya yang termasyhur, Imam Abu Hanifah. Imam Malik berguru di Madinah, pusat pendidikan kerajaan Islam, dan tempat bermukim sebagian besar sahabat Nabi. Karena itu ia tidak perlu meninggalkan Madinah untuk menimba ilmu. Kakeknya, serta ayah dan pamannya semua ahli hadits, dan mereka melatih imam muda itu dalam ilmu hadits dan cabang ilmu lainnya. Cendekiawan ternama dan termasyhur lain yang mendidik dia adalah Imam Ja’far Sadiq, Muhammad bin Syahab az-Zahri, Yahya bin Saeb, dan Rabi Rayi.
Tanpa putus-putusnya Imam Malik mengabdi di bidang pendidikan selama 62 tahun. Ia wafat 11 Rabiulawal 179 H pada usia 86. Mengajar, tigas-tugas yang mulia itu, ditekuni oleh beberapa cendekiawan agung dunia termasuk Plato, Ghazali, Ibn Khaldun, Imam Abu Hanifah, dan Imam Malik. Reputasi tinggi Imam Malik sebagai ilmuwan dan guru menarik rakyat dari keempat penjuru kerajaan Islam yang luas itu. Agaknya, tidak ada guru lain yang pernah menghasilkan ilmuwan berbakat yang sampai ke puncak sukses berbagai bidang tugas. Mereka yang beruntung pernah mendapatkan pelajaran dari dia, antara lain ialah para khalifah seperti Mansur, Imam Syafi’, Sufyan Suri, dan Qadi Muhammad Yusuf; ilmuwan seperti Ibn Syahab Zahri dan Yahya bin Saed Ansari; serta sufi seperti Ibrahim bin Adham, Dhun-Nun, dan Muhammad bin Fazil bin Abbas. Menurut sumber tarikh yang dapat dipercaya, jumlah muridnya yang ternama berjumlah lebih dari 1.300 orang. Ciri ajarannya adalah ketenteraman, disiplin, dan rasa hormat yang tinggi dari murid terhadap guru. Tidak pernah disiplin mengendur bila ia sedang memberi kuliah hadits. Pernah Khalifah Abbasiah Mansur membahas hadits Nabi dengan nada agak keras. Sang Imam marah: “Jangan melengking bila sedang membahas hadits Nabi,” katanya. Ia juga menolak mengajar hadits di kediaman khalifah.
Imam itu mewarisi lebih dari selusin karya tulis, termasuk Muwatta yang termasyhur itu, kitab yang dianggab terpenting setelah Al-Qur’an. Risalahnya menelaah bidang agama, etika, dan Fiqh Islam. Dunia mengakui Muwatta sebagai kitab penting perpustakaan Islam setelah Al-Qur’an. Menurut Syah Waliyullah, kitab imam itu merupakan himpunan hadits Nabi yang paling sahih, dipilih dengan penelitian sumber yang amat cermat. Ia menyusun kitab itu setelah mengadakan pembuktian kebenaran dan penyaringan yang saksama. Perhatian utamanya ialah rawi dan perawi yang tahan uji, dan ia sungguh-sungguh berusha memastikan tidk memuat rawi palsu. Semula Muwatta memuat 10.000 hadits, tetapi dalam edisi pembetulannya Imam Malik mengurangi jumlah itu sampai hanya 1.720. Kitab itu telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dengan 16 edisi yang berlainan.
Sebagai ulama hadits, ia menempati kedudukan yang khas di antara bintang-bintang ilmuwan berbakat seperti penghimpun hadits terkenal Imam Bukhari dan Muslim. Diriwayatkan bahwa ia selalu menjauhi pergaulan dengan bukan cendekiawan. Menurut Imam Hanbal, dialah penghimpun satu-satunya yang mendapat gelar kehormatan tidak pernah menyiarkan hadits sebelum ia sendiri yakin dan puas. Ia begitu dihargai oleh para ilmuwan lainnya, sehingga ketika pada suatu kali orang bertanya pada Imam Hanbal mengenai seorang perawi, Imam Hanbal menjawab, perawi itu pastilah dapat dipercaya, karena Imam Malik telah menyiarkan rawinya.
Imam Malik amat menderita ketika menuntut ilmu. Seperti Imam Bukhari, yang pernag harus hidup selama tiga hari dari daun-daunan dan akar, ia pun terpaksa menjual tiang rumahnya untuk melunasi ongkos pendidikan. Ia sering mengatakan, seseorang tidak akan mencapai puncak kemenangan intelektual kecuali sesudah menghadapi kemiskinan. Kemiskinan ialah ujian hakiki manusia. Ia membaktikan kekuatan tersembunyi dalam dirinya, kekuatan yang dapat mengatasi semua kesulitan.
Para ahli hadits, ilmuwan sezaman dan sesudahnya amat memuji hasil intelektual yang dicapainya. Abdur Rahman ibn Mahdi, umpamanya, mengatakan tak ada ahli hadits yang lebih besar dari pada Imam Malik di dunia ini. Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Syafi’i menyanjungnya sebagai ahli hadits. Ia juga seorang ahli hukum. Lebih dari 60 tahun ia memberi fatwa di Madinah.
Imam Malik masyhur oleh ketulusan dan kesalehannya. Ia selalu bertindak sesuai dengan keyakinannya. Ancaman atau kemurahan hati tidak akan dapat membelokkan dia dari jalan yang lurus. Sebagai anggota kelompok yang gemilang pada awal masa Islam, ia tidak dapat dibeli, dan dengan semangat keberaniannya selalu membuktikan bahwa ia adalah bintang pembimbing bagi para pejuang kemerdekaan.
Ketika ia berumur 25 tahun, kekhalifahan berada di tangan khalifah Abasiyah, Mansur, seorang teman yang memandang tinggi kecendekiawannya. Tetapi, Imam Malik sendiri lebih senang bila Fatimiyyin Nafs Zakiya yang menjadi khalifah. Sumpah setia rakyat kepada Mansur dinyatakannya tidak mengikat, karena dilakukan dengan paksaan. Ia mengutip hadits Nabi yang menyatakan ketidakabsahan perceraian paksa. Ketika Jafar, kemenakan Mansur, diangkat menjadi gubernur baru Madinah, ia membujuk penduduk kota suci itu mengulang sumpah setia mereka kepada Mansur. Ia melarang Imam Malik menyiarkan fatwanya tentang ketidakabsahan perceraian paksa. Sebagai seorang pemegang prinsip yang teguh, dan pemberani, ia tidak mengacuhkan larangan itu. Akibatnya ia dijatuhi hukuman 70 dera yang dilibaskan ke punggungnya yang telanjang. Dengan baju berlumuran darah ia diarak di atas unta di sepanjang jalan Madinah. Namun, kebuasan gubernur itu tetap gagal menggetarkan atau melemahkan hati imam muda itu. Mendengar kejadian ini, khalifah Mansur segera menghukum gubernur Madinah itu, dan menyuruh ia memint maaf kepada Imam Malik.
Khalifah Mansur pernah mengirim uang tiga ribu dinar untuk biaya perjalanan Imam Malik ke Baghdad, tetapi ia mengembalikan uang itu dan menolak untuk meninggalkan Madinah, kota makam Nabi.
Pada 174 H, Khalifah Harun ar-Rasyid tiba di Madinah dengan kedua putranya, Amin dan Ma’mun. Ia memanggil Imam menghadap ke baliurang untuk menceramahkan Muwatta. Imam datang di baliurang, tetapi menolak memberikan ceramah. Ia berkata: “Rasyid, hadits ialah pelajaran yang dihormati dan dijunjung tinggi leluhur Anda. Bila Anda tidak menghormatinya, orang lain pun demikian juga.” Alasan penolakan itu diterima khalifah, dan baginda bersama kedua putranya bersedia datang ke tempat Imam Malik untuk mengikuti kuliah Imam tersebut.
Pengendalian diri dan kesabaran Imam Malik membuat ia ternama di seantero dunia Islam. Pernah semua orang panik lari ketika segerombolan Kharijis bersenjatakan pedang memasuki Masjid Kufa. Tetpi, Imam Malik yang sedang shalat tanpa cemas tidak beranjak dari tmpatnya. Mencium tangan khalifah apabila menghadap di baliurang sudah menjadi adat kebiasaan, namun Imam Malik tidak pernah tunduk pada penghinaan seperti itu. Sebaliknya, ia sangat hormat pada para cendekiawan, sehingga pernah ia menawarkan tempat duduknya sendiri kepad Imam Abu Hanifah yang mengunjunginya. Kaum Muslimin di Arab barat hanya menganut Madzhab Maliki.
Sumber: SERATUS MUSLIM TERKEMUKA, Jamil Ahmad
Oleh:Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Selasa, 25 November 2008

Bagaimana jaringan wireless bekerja???

Koq bisa ya, komputer yang satu berhubungan dengan yang lain. Padahal kan... kaga ada kabel yang menghubungkan mereka. Dan.. padahal juga kan... komputer-komputer itu tidak bersentuhan langsung secara fisik.
Apa karena mereka (para komputer itu, red) sudah diajari ilmu kebatinan? Kira-kira... software apa ya, yang bisa ngajarin komputer ilmu kebatinan? Kamu punya? Minta dong satu. Copy deh... copy...
Kau boleh setuju, boleh juga tidak. Tapi, menurut hemat kami (kami memang suka berhemat), Wireless Network itu bukan merupakan salah satu cabang dari ilmu kebatinan (apalagi kebatilan, red).
Wireless LAN, tidak punya hubungan apapun dengan dunia gaib, penampakan, dan keganjilan, apalagi keajaiban. Wireless LAN cuma sepotong ilmu pengetahuan, hasil dari kreatifitas, keisengan, dan rasa keingintahuan manusia akan alam disekitarnya.
Dengan mulai sedikit bernafsu engkau kemudian berkata... "So, jika memang Wireless LAN itu hanyalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan dan teknologi, berarti Wireless LAN itu bisa dijelaskan, digambarkan, dibuktikan, dan diceritakan secara ilmiah, membosankan, dan akal sehat dong?"
Dengan sedikit yakin kemudian kami menjawab... "Yep, bagaimana cara kerja dari Wireless LAN itu bisa dijelaskan, digambarkan, dibuktikan, dan diceritakan secara ilmiah, tidak membosankan, dan tetap menggunakan akal sehat."
Dengan sedikit gusar dan perut yang mulai membesar, kemudian engkau mengeluarkan perintah... "Coba ceritaken!!"
Baiklah, karena engkau begitu memaksa, begini ceritanya...
Menurut buku yang kami baca (jadi... bukan menurut hemat kami lho), agar komputer-komputer yang berada dalam wilayah Wireless Network bisa sukses dalam mengirim dan menerima data, dari dan ke sesamanya, maka ada tiga komponen dibutuhkan. Yaitu:
Sinyal Radio (Radio Signal).
Format Data (Data Format).
Struktur Jaringan atau Network (Network Structure).
Dan masih menurut buku yang kami baca, masing-masing dari ketiga komponen ini berdiri sendiri-sendiri. Yang artinya, mereka tidak harus diberdirikan. Mereka bisa berdiri sendiri, tanpa harus diapa-apain dulu (misalnya dilihat, diraba, digosok, dipegang, diterajang, etc). Eh... ma'af... mulai agak jorok deh.
Yang kami maksud dengan berdiri sendiri-sendiri tadi adalah dalam hal cara kerja dan fungsinya. Jadi begini mas, kalo kita ingin mengibaratkan sebuah network sebagai kue lapis, maka masing-masing komponen tadi berada pada lapisan yang berbeda-beda. Mereka bekerja dan mengontrol lapisan yang berbeda.
Sinyal Radio contohnya, bekerja pada lapisan bawah yang biasa disebut dengan physical layer, atau lapisan fisik. Lalu Format Data atau Data Format mengendalikan beberapa lapisan diatasnya. Dan strukture jaringan berfungsi sebagai alat untuk mengirim dan menerima sinyal radio.
Sampeyan pernah dengar cerita mengenai bagaimana cara kerja modem dalam mengirim dan menerima data, ke dan dari internet bukan? Nah, dalam dunia Wireless LAN, cara kerja peralatan wirelessnya juga mirip seperti itu.
Saat akan mengirim data, peralatan-peralatan Wireless tadi akan berfungsi sebagai alat yang mengubah data digital menjadi sinyal radio. Lalu saat menerima, peralatan tadi berfungsi sebagai alat yang mengubah sinyal radio menjadi data digital yang bisa dimengerti dan diproses oleh komputer.

Gimana Mas? Sudah mulai jelas dan puas dengan penjelasan kami mengenai cara kerja dari Wireless Network dalam mengirim dan menerima data? Masih kurang puas? Baeklah, dengan sangat terpaksa, kami coba untuk ngebahasnya lebih lanjut. Kami akan ngebahasnya secara singkat dibawah ini.
Sampeyan mungkin masih penasaran dan bertanya-tanya, gimana ceritanya, koq sinyal radio itu bisa diubah menjadi data digital, dan sebaliknya. Nah, biar sampeyan tidak mati penasaran, lalu arwahnya gentayangan, dan menakut-nakuti orang yang tidak sampeyan sukai, maka bukankah lebih baik jika kita coba mencari jawabannya disini.
Jadi begini mas, dengan masih menggunakan kata... bukan menurut hemat kami, yang artinya kami lebih suka menggunakan kata... menurut buku yang kebetulan kami temukan lalu kami baca... prinsip dasar yang digunakan pada teknologi wireless ini sebenarnya diambil dari persamaan yang dibuat oleh James Clerk Maxwell di tahun 1964.
Dalam persamaan itu, dengan gamblang dan jelas Maxwell berhasil menunjukkan fakta bahwa, setiap perubahan yang terjadi dalam medan magnet itu akan menciptakan medan-medan listrik. Dan sebaliknya, setiap perubahan yang terjadi dalam medan-medan listrik itu akan menciptaken medan-medan magnet.
Lebih lanjut Maxwell menjelaskan... saat arus listrik (AC atau alternating current) bergerak melalui kabel atau sarana fisik (konduktor) lainnya, maka, beberapa bagian dari energynya akan terlepas ke ruang bebas di sekitarnya, lalu membentuk medan magnet atau alternating magnetic field.
Kemudian, medan magnet yang tercipta dari energy yang terlepas itu akan menciptakan medan listrik di ruang bebas, yang kemudian akan menciptakan medan magnet lagi, lalu medan listrik lagi, medan magnet lagi, dan seterusnya, hingga arus listrik yang asli atau yang pertama terhenti (terputus, red).
Bentuk energy yang tercipta dari perubahan-perubahan ini, disebut dengan radiasi elektromagnetik (electromagnetic radiation), atau biasa kita kenal sebagai gelombang radio. Itu artinya, radio dapat di definisikan sebagai radiasi dari energi elektromagnetik yang terlepas ke udara (ruang bebas).
Hello... are you still there? Ok, tak lanjutin. Seperti yang sering sampeyan dengar bahwa, kalo alat yang menghasilkan gelombang radio itu biasa dinamakan TRANSMITTER. Lalu alat yang digunakan untuk mendeteksi dan menangkap gelombang radio yang ada udara itu, biasa dinamakan RECEIVER.
Nah, agar kedua alat tadi (transmitter dan receiver) lebih fokus saat mengirim, membuat pola gelombang, mengarahkan, meningkatkan, dan menangkap sinyal radio, ke dan dari udara, maka dibantulah dengan alat lain, yaitu ANTENA. Sampe disini... ada keluhan? Tidak ada? Baeklah... kita lanjutin.
Sedulur-sedulur mungkin mulai gerah dan bertanya-tanya, apa perlunya seh ngomongin soal alat-alat itu. Toh, di toko elektronik juga banyak, tinggal beli aja, ngapain repot-repot mempelajarinya. Untuk sedikit mengurangi kegerahan itu, kami akan menjelaskannya dibawah ini.
Berkat persamaan dari Maxwell, transmitter, receiver, serta antena, yang kemudian disatukan dalam semua peralatan wireless LAN itulah, maka komputer bisa berkomunikasi, mengirim dan menerima data melalui gelombang radio, atau biasa disebut dengan wireless netwok.
Tapi bang, stasiun Radio itu kan banyak, dan frequencynya berbeda-beda, koq bisa nggak tabrakan alias bercampur aduk? Gimana cara ngaturnya? Lalu, apa peralatan wireless juga bisa di pake buat ngedengerin siaran radio?
Pertanyaan yang bagus mas. Jadi begini ceritanya, menurut buku ini, agar tidak saling bertabrakan, gelombang radio yang akan dikirimkan ke udara itu bisa diatur frequencynya. Yaitu dengan cara mengatur atau memodifikasi arus listrik yang berada pada peralatan pengirim dan penerima tadi (transmitter, receiver).
Dan jarak yang menjadi pemisah antar frequency dinamakan SPECTRUM. Lalu, bagian terkecil dari spectrum disebut dengan BAND. Dan untuk mengukur jumlah perulangan dari satu gelombang ke gelombang yang terjadi dalam hitungan detik, digunakanlah satuan HERTZ (Hz).
Hertz, diambil dari nama orang yang pertama kali melakukan percobaan mengirim dan menangkap gelombang radio, yaitu HEINRICH HERTZ. Satu hertz dihitung sebagai jarak antara satu gelombang ke gelombang berikutnya. Dan sinyal radio itu umumnya berada pada frequency ribuan, jutaan, atau milyaran hertz (KHz, MHz, GHz).
Nah, dengan mengatur frequency itulah maka sinyal radio bisa tidak saling bertabrakan. Dan untuk pertanyaaan apakah peralatan wireless bisa dipake untuk menangkap siaran radio, maka dengan sangat menyesal kami harus mengatakan bahwa itu tidak mungkin akan terjadi. Kenapa?
Sebabnya, ya... itu tadi. Sinyal gelombang atau sinyal wireless itu berada pada frequency yang berbeda dengan sinyal atau gelombang dari stasiun radio yang biasa kita dengar. Gimana mas? Masih belum puas? Jangan kuatir, nanti kita bakal mempelajari mengenai wireless network ini lebih lanjut lagi.

Selasa, 18 November 2008

Petaka Perpecahan umat

Persatuan dan kesatuan adalah salah satu perkara yang diwajibkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah:
واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا
“Dan berpegang teguhlah kamu dengan tali (agama) Allah, dan jangan sekali-kali kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 102)
Allah Ta’ala juga berfirman:
ولا تكونوا كالذين تفرقوا واختلفوا من بعد ما جاءهم البينات وألئك لهم عذاب عظيم يوم تبيض وجوه وتسود وجوه
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram.” (QS. Ali Imran: 104-105)
Sahabat Ibnu Abbas dan Ibnu Umar -radliallahu ‘anhum- berkata: “Wajah-wajah Ahlis Sunnah wal Jama’ah lah yang akan menjadi putih berseri dan wajah-wajah ahli bid’ah dan perpecahanlah yang akan hitam lagi muram.”
Persatuan dan berpegang teguh dengan tali (agama) Allah Ta’ala adalah salah satu prinsip terbesar dalam agama islam, yang senantiasa diwasiatkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada seluruh manusia. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak kesempatan senantiasa mengingatkan ummatnya akan pentingnya hal ini, sebagaimana yang beliau lakukan disaat khutbah hari arafah, tatkala beliau bersabda:
وقد تركت فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعده إن اعتصمتم به كتاب الله
“Sungguh aku telah meninggalkan ditengah-tengah kalian, satu hal yang bila kalian berpegang teguh dengannya, niscaya selama-lamanya kalian tidak akan tersesat, bila kalian benar-benar berpegang tegunh dengannya, yaitu kitab Allah (Al Qur’an).” (Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah, dan hadts beliau ini diriwayatkan oleh imam Muslim, dalam kitab shahihnya 2/886/1218)
Dan diantara metode yang ditempuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memperingatkan umatnya dari perpecahan adalah dengan cara menjelaskan kepada mereka fakta yang akan menimpa mereka, yang berupa terjadinya petaka perpecahan dan perselisihan. Hingga akhirnya ummat ini terpecah belah menjadi berbagai kelompok dan golongan. Dan ini adalah taqdir dari Allah Ta’ala yang pasti terjadi, dan telah terjadi. (muslim.or.id)